Telah seminggu ini Asosiasi Bulu tangkis Dunia atau BWF (Badminton World Federation) menyiarkan video classic bulu tangkis atau beberapa pertandingan legendaris. Saya percaya itu dalam rencana menganakemaskan fans badminton yang sedang #stayAtHome.

Meskipun laga lama alias jaman Old, tapi oleh BWF diformat siarannya dengan cara live. Saya melihat situs mereka --yang dikasih judul "keseluruhan recall BWF" di youtube- telah ada 12 video periode waktu 6 (enam) hari. Hingga rerata ada 2 (dua) kali laga dalam satu hari.

Tempo hari Selasa (21 April 2020) saya nantikan siaran pertama pada hari itu, yang tuturnya live jam 18.00 WIB. Keluarlah partai classic yang menarik "all Indonesian final" di kejuaran dunia 1983 berada di Kopenhagen, Denmark. Laga di antara Liem Swie King serta Icuk Sugiarto. Laga yang dahulu oleh wartawan Eropah dikatakan sebagai "Phantom badminton".

Jika kita baca buku biografi Liem Swie King (buku "Panggil Saya King" yang dicatat oleh wartawan Kompas), laga itu diulas sampai beberapa hari pada media Eropa. Arti "phantom badminton" yang tersebar di Eropa, seringkali diulangi lagi oleh wartawan Suara Merdeka dari Semarang), yaitu Amirmachmud NS.

Menariknya dari partai itu ialah kompetisinya sebagai wakil 2 (dua) madzhab yang sangat kontras. Yaitu di antara style protektif serta style offensive atau agresif. Liem Swie King, waktu itu berumur 25 tahun, adalah peletak fundamen smes efisien/ efektif, sebagai wakil tim striker. Sedang Icuk Sugiarto yang bermain rally, adalah type pemain bertahan. King bermain semakin banyak di udara, dengan lompatan uniknya, yang berupaya menjemput shuttlecock sebelum ia tempat jatuh atau turun. Sedang Icuk bermain supaya bola tidak jatuh ke tanah (karpet laga).

King mempunyai smash yang konon tuturnya melewati kecepatan suara. Karena sangat keras serta demikian populernya King's Smas itu, tim bulu tangkis Tiongkok sempat pelajari langkah King lakukan smash. Sesaat Icuk diketahui mempunyai kelenturan badan yang mengagumkan (dapat menekuk punggung seputar 90 derajat) hingga memukul bola yang cuma memiliki jarak mtr. dari bawah dengan menggunakan lob atau overhead.

Cara Melakukan Deposit Main Togel Online

Laga bulan Mei 1983 itu masih menggunakan score lama (game 15, best of three, jus at 13 and 14) serta berjalan semasa 1 jam. Icuk, yang waktu itu berumur 20 tahun, jadi juara dunia termuda yang rekornya masih digenggam sampai sekarang ini. Icuk dapat menaklukkan King yang umur enam tahun semakin tua lewat pertempuran rubber set. Walau sebenarnya King jelas semakin dijagokan mengingat dalam pucuk profesi serta juga dikenal mempunyai stamina sempurna (ada yang membandinkan VO2max King sama dengan petinju Muhammad Ali), dibandingkan Icuk yang dipandang masih masih berbau kencur.

Di tahun 1984, King mampu bermain 2 (dua) kali dalam kompetisi Thomas Cup di Kuala Lumpur, yang bawa Indonesia juara. S/d Thomas tahun 1986 juga King masih merangkap --meski PBSI cuma jadi juara dua waktu itu. Tatap muka Icuk serta King setelah itu sempat berlangsung di PON 1985. King yang sebagai wakil propinsi Jawa Tengah dapat menaklukkan Icuk Sugiarto (DKI Jakarta).

Kemenangan di kejuaraan dunia 1983 memberikan indikasi berjayanya paham defensive pada offensive. Saat itu kejuaraan dunia dikerjakan dua tahunan. Setelah 1983, di tahun 1985 juara dunia dicapai oleh Han Jian yang bermadzhab bertahan, menaklukkan pemain stylish Morten Frost Hansen (Denmark), selanjutnya tahun 1987 diambil lagi oleh style menggempur --yaitu yang Yang. Bentrokan menggempur menantang bertahan masih bersambung di antara Zhao Jianhua menantang Ardy Bernardus Wiranata.

Buat Indonesia sendiri, baru 10 tahun sejak 1983, pada akhirnya kejuaraan dunia dapat dicapai Joko Suprianto lewat partai All Indonesian Final menaklukkan Hermawan Susanto di tahun 1993. Joko serta Icuk keduanya sama datang dari Solo, sesaat Hermawan sendiri adalah keponakan dari Liem Swie King.

Tetapi semenjak tahun 2006 BWF sudah menggunakan score "rally poin" dengan game 21, yang mematikan pemain style bertahan. Saat ini semua pemain bulu tangkis type menggempur. Tidak lagi ada pemain bertahan. Kecuali mungkin di sector ganda putra, beberapa pasangan yang tergologn gaek condong mengaplikasikan style bertahan.

Presiden BWF saat ini (Poul Erik Hoyer Larsen dari Denmark, bekas peraih emas Olimpiade 1996) merencanakan menimbulkan score baru. Dengan best of five, serta gamenya cukup di angka 11. Tetapi score ini saya anggap tidak akan menimbulkan style permainan bertahan, sebab sistem rally poin. Kecuali jika penghitungannya masih menggunakan "service over", serta/ atau di ganda mengela second server. Kemungkinan skema score yang sempat digunakan tahun 2002-2004 bisa diperhitungkan kembali lagi, yakni game di angka 7, menggunakan best of five, serta mengenali geser bola.