Bekas pebulutangkis nasional, Yuni Kartika ternyata pintar membuat penggemar bulu tangkis jadi bawa serta perasaan (baper). 2 hari lalu, di account Instagramnya, Yuni mempublikasikan dua photo masa lalu bersama-sama beberapa bekas pebulutangkis putri Indonesia. Beberapa bekas yang sekarang jadi legenda.

Pada Senin (4/5/2020) lalu, Yuni mempublikasikan photo usang hitam putih empat pebulutangkis tunggal putri Pelatnas masa 90-an. Ada photo dianya bersama-sama Susy Susanti, Yuliani Sentosa, serta Minarti Timur.

Satu hari selanjutnya, Mbak Yuni Kartika yang sekarang seringkali tampil di monitor kaca untuk pembawa acara/pengamat siaran badminton, kembali lagi mempublikasikan photo kuno (dahulu kala) beberapa penghuni asrama putri Cipayung. Kesempatan ini semakin banyak pesertanya. Ada dianya, Finarsih, Lili Tampi, Yuliani Sentosa, Susy Susanti, Eliza Nathanael, Zelin Resiana, serta Minarti Timur.

Dua photo itu tidak sebatas photo. Tetapi dua photo yang buat baper. Kangen. Ditambah lagi, photo itu ditampilkan satu hari mendekati dan bersamaan dengan peringatan HUT Persatuan Bulu tangkis Semua Indonesia (PBSI) ke-69 yang diperingati pada 5 Mei.

Indonesia sempat berjaya di bidang bulu tangkis putri

Ya, jika lihat photo kuno itu, langsung ada kangen. Kangen pada saat saat Indonesia mempunyai beberapa pebulutangkis putri hebat yang dapat memimpin. Mereka memimpin bukan hanya di level Asia Tenggara atau Asia, dan juga dunia.

Di waktu mereka-lah, bagian putri badminton Indonesia dapat sama dengan serta menyeimbangi bagian putra yang sudah hebat sejak dahulu. Di waktu itu, bagian putri bulu tangkis Indonesia punyai juara SEA Games, juara Asia. Serta, juara dunia. Termasuk juga memenangkan Piala Uber.

Silahkan sesaat bernostalgia. Di waktu itu, bagian tunggal putri mendapatkan medali emas SEA Games 11 kali beruntun (1979-1999) dengan Susi 3x juara. Justru, ganda putri juara berturut-turut 14 kali (1977-2003) dengan Lili Tampi/Finarsih juara 2x pada tahun 1993 serta 1995. Dilanjut Eliza Nathanael/Zelin pada tahun 1997. Minarti Timur juara di ganda kombinasi pada 1995.

Di level Asia, Yuliani Sentosa menjadi juara Asia (Asian Championship) 1991 di umur 20 tahun. Eliza/Finarsih pada tahun 1996. Di Kejuaraan Dunia, Susi menjadi juara pada tahun 1993. Termasuk juga satu tahun awalnya, mendapatkan medali emas di Olimpiade Barcelona 1992.

Begitupun Yuni Kartika yang disebut sisi team putri Indonesia waktu juara Piala Uber 1994 di Jakarta selesai menang 3-2 atas Tiongkok. 2 tahun selanjutnya di Hong Kong, team putri kembali lagi juara Piala Uber selesai menaklukkan Tiongkok 4-1 dengan Finarsih serta Lili Tampi jadi penentu.

Secara singkat, mereka yang berada di photo kuno itu, ialah beberapa juara. Mereka sempat mengharumkan bangsa serta bawa bulu tangkis putri Indonesia ke level membesarkan hati.

Lalu, apa hubungannya photo kuno itu dengan perayaan HUT PBSI ke-69?

Silahkan kita memerhatikan lagi pidato Ketua Umum PP PBSI, Wiranto di peristiwa HUT PBSI ke-69 pada 5 Mei kemarin. Dalam pidatonya seperti diambil dari badmintonindonesia.org, Pak Wir sampaikan banyak hal. Diantaranya, menyarankan serta ajak keluarga besar PBSI untuk selalu bersama berusaha menantang Covid-19.

Pak Wir minta supaya PBSI untuk mematuhi serta menolong pemerintah memutuskan mata rantai Covid-19 secara bisa dilaksanakan sendiri. Termasuk juga menghargai beberapa olahragawan serta pelatih yang masih tinggal di pelatnas serta berlatih buat menyiapkan diri ke kompetisi mendatang.
Tidak lupa, walau semua kompetisi bulu tangkis BWF diliburkan karena epidemi Covid-19, termasuk juga Olimpiade yang dipending, Pak Wir masih menyentuh masalah prestasi. Ia berkata ini:

Cara Melakukan Deposit Main Togel Online

"PBSI berulang-ulang tahun ke-69, 69 ialah angka yang spesial, angka 69 dibalik-balik masih 69. Berarti pada keadaan apa saja, dalam kesusahan apa saja, PBSI tetap mendatangkan prestasi yang membesarkan hati semua bangsa indonesia,

Photo kemasyhuran waktu dulu serta potret pebulutangkis Indonesia saat ini
Nah, bicara prestasi bulu tangkis Indonesia, sorotan paling tajam tertuju pada bagian putri. Intinya pada tunggal putri. Saat bagian tunggal putra, ganda putra, ganda kombinasi, mulai rajin mendapatkan gelar kompetisi BWF, bagian tunggal putri kita masih seperti 'jalan di tempat'.

Kenyataannya, kecuali perolehan yang belum optimal di atas lapangan, ranking BWF tunggal putri Indonesia terus turun. Pada ranking BWF saat akan dibekukan pada 17 Mei lalu, tempat paling tinggi tunggal putri Indonesia berada di ranking 21 atas nama Gregoria Mariska Tunjung. Lalu Fitriani berada di ranking 33 serta Ruselli Hartawan di ranking 35.

Seandainya Olimpiade masih diadakan tahun ini, dengan performa yang angin-anginan, rasa-rasanya akan susah lihat salah satunya ditambah lagi dua tunggal putri Indonesia dapat tampil di Olimpiade Tokyo 2020.

Maklum, 'tiket' ke arah Olimpiade memang berdasar ranking BWF yang pointnya berdasar performa si olahragawan di rangkaian kompetisi BWF. Dimana satu negara optimal cuma dapat mengirim dua olahragawan di tiap bagian.

PP PBSI sebetulnya tidak tinggal diam. Mereka memahami, bagian tunggal putri memang yang sangat harus digenjot. Bahkan bisa saja dicambuk. Itu untuk untuk dapat memburu prestasi beberapa sektor yang lain.

Salah satunya usaha, PBSI telah datangkan pelatih Rionny Mainaky. Pelatih yang awalnya sukses mempertajam tunggal putri Jepang ke level elit dunia seperti Nozomi Okuhara (juara dunia 2017) serta Akane Yamaguchi ini diinginkan dapat mengoles Gregoria Mariska dkk.

Tapi memang, perkembangan itu tidak gampang. Kadang, perkembangan perlu waktu panjang. Ditambah lagi di olahraga. Perkembangan bukan hanya tergantung pada si olahragawan. Dan juga dikuasai bagaimana level kompetisi di bidang mereka bermain. Karena itu, kita juga harus benar-benar sabar untuk menanti hasil akhir yang manis.

Ditambah lagi, kita ketahui, beberapa tunggal putri Indonesia saat ini, masih berusaha bergulat dengan permasalahannya sendiri-sendiri. Permasalahan yang nampak menonjol dalam beberapa performa mereka semenjak tahun 2019 kemarin. Serta bersambung sampai awal tahun 2020 ini sebelum epidemi corona membuat bulu tangkis 'mati suri'.

Seperti Gregoria yang telah dapat menyeimbangi pemain teratas dunia, kadang masih memiliki masalah dengan kesehatan. Hingga, ia seringkali kalah rubber game sebab tidak dapat tampil garang seperti game awalnya.

Lalu Fitriani harus mengembalikan rasa yakin dianya. Serta, PBSI pernah tidak mengirim Fitri ke sejumlah kompetisi sebab di rasa masih kritis PeDe. Sesaat Ruselli yang kadang tampil oke tetapi tidak sama di lain kali, harus dapat tampil semakin persisten.

Karena itu, mudah-mudahan posting photo kuno dari Mbak Yuni itu, dapat memberi motivasi buat beberapa pebulutangkis putri Indonesia saat ini. Dapat menyemangati mereka supaya bisa berprestasi seperti beberapa seniornya dahulu.

Tentunya, satu photo tidak bisa sesaat mengganti performa mereka jadi mengagumkan. Tetapi, adanya motivasi besar, dengan terus berlatih selama saat 'libur' kompetisi karena epidemi, plus umur mereka yang masih tetap 20-21 tahunan, kita jangan kehilangan keinginan.

Ya, masih ada kepercayaan diri, nantinya mereka dapat tampil lebih baik di beberapa tahun akan datang. Karena, jauh di beberapa tahun akan datang saat mereka telah pensiun seperti Mbak Yuni saat ini, Gregoria Mariska. Fitri, serta Ruseli, tentunya akan bangga jika dapat mempublikasikan photo usang mengenai saat-saat kemasyhuran mereka. Salam.